SANG INTAN YANG TERTIMBUN (bersambung 1)
Ilustrasi:doc.isnudarungan |
Ahad, 3 November 2019
SANG INTAN YANG TERTIMBUN (bersambung 1)
Oleh Syaifudin Zuhri *)
Pada suatu desa ujung barat di wilayah Kebupaten Jember Provinsi Jawa Timur, desa dengan penduduk lebih dari 13.000 jiwa, wilayah bernama Desa Darungan yang berada di wilayah Kecamatan Tanggul Kebupaten Jember, lahirlah seorang anak yang cukup cerdas, bersahaja, dan punya jiwa kepemimpinan yang kuat, dia adalah Sofiudin bin Zainul yang berasal dari lingkungan Pakeman RT. 06 RW. 09, Dusun Jumbatan yang lahir pada hari Jum’at, 18 Maret 1988 atau 31 tahun silam.
Masa Pendidikan dasarnya di tempuh di kampung halamannya yakni di SDN Darungan 02 lulus tahun 2001, lalu melanjutkan ke pondok pesantren sambil sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Kec. Randuagung Kab. Lumajang Provinsi Jawa Timur lulus tahun 2005, dan sampai Madrasah Aliyahnya tahun 2008. Lepas dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (MA sederajat SMU/SMK), tidak puas dengan ilmu yang didapat, tidak seperti dengan teman di kampung halamannya yang mayoritas lulus MTs dan MA langsung bekerja atau menikah, namun Sofi remaja melanjutkan ke perguruan tinggi atau kuliah. Kuliah pun tidak tanggung-tanggung, Ia harus keluar kota, Kota Metropolis, di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya), tepatnya di IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UIN Sunan Ampel Surabaya, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2013, yang ditetapkan 1 Oktober, 2013) mengambil Fakultas Syariah Mu’amalah program studi Hukum Keluarga (HK).
Dilihat dari riwayah pengalaman organisasinya, dia tergolong aktivis. Hal ini terbukti pada usia 18 tahun dia menjabat sebagai koordinator seksi Kesehatan, Kebersihan dan Olahraga (Keskebsor) Pondok Pesantren Miftahul Ulum sejak tahun 2006 sampai 2008, dari pengalaman memegang Keskebsor, jiwa kepemimpinannya mulai terasah, ditambah dengan berbagai kegiatan lomba yang ia ikuti pada masa mondok, seperti lomba-lomba keagamaan ke Surabaya mewakili pondok atau madrasahnya. Benih-benih senang berorganisasi mulai berkembang dan terus berkembang sampai masa kuliahnya, dia mulai masuk organisasi ekstra kampus, serta menekuni bidang Jurnalistik pada organisasi PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Sunan Ampel di kampusnya selama 6 tahun, sejak tahun 2008 sampai 2014. Organsiasi PMII yang berbasis nahdliyyin ini sangat cocok dengan latar belakang dirinya, keluarga, dan kampung halaman lebih-lebih pondok pesantren Miftahul Ulum Banyuputih yang terkenal dengan pondok tulen 100 % menerapkan ajaran atau paham ahlussunnah wal jamaah dengan system salafnya.
Dipilihnya PMII sebagai pelabuhan mengasah pemikiran, pendewasaan bersosial hal ini dikarenakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi ekstra kampus yang berada di UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan organisasi yang paling diminati oleh mahasiswa UIN secara umum. Hal ini dapat dibuktikan oleh beberapa indikator, salah satu indikator tersebut adalah banyakya mahasiswa yang menjadi anggota dan atau kader PMII UIN Sunan Ampel Surabaya.
Di tahun yang sama atau pada tahun 2008, dia mendapat amanah anggota untuk memimpin organisasi ekstra kampus, tepatnya menjadi Ketua Komisariat PMII Sunan Ampel selama 6 tahun sejak tahun 2008 sampai 2014. Jauh sebelum Sofi remaja masuk ke PMII, kita ketahui bersama bahwa PMII Komisariat UIN Sunan Ampel Banyak melahirkan kader-kader yang memiliki peran penting di tengah masyarakat baik dalam dunia politik, usaha, tokoh-tokoh masyarakat dan sukses dalam bidang akademik. Sebut saja kader yang lahir dari PMII Komisariat UIN Sunan Ampel Surabaya dalam dunia politik yaitu Imam Nahrowi (Mempora periode 2014-2019), Thoriqul Khaq (Legislator DPRD Jawa Timur fraksi Partai PKB, Bupati Lumajang periode 2018-2023), kader yang sukses dalam bidang usaha yaitu Ocah Bahtiar (Ekspor Impor), Umam (Pabrik), Fahmi (Pengusaha Restoran). Sedangkan dalam bidang pendidikan atau akademik ini cukup banyak sekali terutama di UIN Sunan Ampel Surabaya 80 % Birokrasi dikuasi oleh kader PMII. Sebut saja Prof. Abd A’la (Mantan Rektor/Guru Besar IAIN SA), Prof. Ridwan Nasir (Mantan Rektor IAIN SA/Guru Besar Pasca Sarjana UINSA), Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad. Sip. SEA, M.Phil, Ph.D (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UINSA/Sekretaris PWNU Jawa Timur periode 2018-2023), Ida Fauziyah Menakertrans (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi) periode 2019-2024, dan masih banyak kaderkader PMII lainnya.
Tidak puas dengan hanya mengasah kemampuan dan kedewasaannya di PMII, dia masih sempatkan juga mengikuti LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) FORMA pada Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel juga selama 6 tahun, sejak tahun 2008 sampai 2014. Disela kesibukan kuliah, berorganisasi, dia juga sempat belajar hipnoterapi ke berbagai kota, seperti di Malang, dan lain sebagainya. Di tahun 2010 atau menginjak semester 4 (empat) ia didapuk menjadi Ketua MHM (Musyawarah Himpunan Mahasiswa) Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel selama 1 tahun sejak tahun 2010-2011.
Dengan segudang pengalaman di pondok pesantren dan kampus, tidak heran jika Ia menguasai pelbagai karakter sebagian mayoritas masyarakat terutama dalam hal manajemen konflik, lebih-lebih sekitar 5 (lima) tahun hidup di ke Kota Metropolis dimana dalam Bahasa Yunani. Kata metropolis berasal dari kata meter yang bermakna ‘ibu’ dan polis bermakna (1) ‘ibu kota’ atau ‘kota terpenting dalam negara atau wilayah’ dan (2) ‘kota yang menjadi pusat kegiatan perdagangan industri, dan pemerintahan’. Contoh, polisi metropolitan bermakna ‘polisi kota besar’. Sedangkan seperti di Ibu Kota Negara / DKI Jakarta disebut megapolis yang bermakna (1) ‘kota yang sangat besar’, (2) ‘daerah yang amat padat penduduknya dan yang berpusatkan metropolis’, atau (3) ‘gabungan beberapa metropolis.
Berhasil nyabet gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) dari kampus ketika masuk menjadi mahasiswa baru tahun 2008 masih bernama IAIN Sunan Ampel Surabaya dan menjadi UIN (tahun 2013) Sunan Ampel Surabaya bukanlah tugas yang mudah, butuh perjuangan ekstra, mengingat UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Ampel merupakan kampus yang banyak melahirnya prestasi, kaum intelek, cendekiawan, ulama’, tokoh, dan lain sebagainya.
Beberapa tahun selepas kuliah, disamping mengembangkan bakat minatnya sebagai Hipnoterapi dan banyak memberi motivasi kepada remaja dan pemuda dikampung halamannya, dia sempat mengajar disebuah Madrasah Tsanawiyah (MTs) di desa Langkap Kec. Bangsalsari Kab. Jember dan dipercaya menjadi nahkoda (kepala MTs) pada lembaga pendidikan Islam dibawah naungan pondok pesantren Al Holili tersebut. Di sisi lain masa melepas lajangnya pun tiba dengan menyunting gadis pilihannya, gadis desa asal kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember. Dan sekarang dikarunia anak satu yang berusia 4 tahunan.
*) anggota ISNU Darungan, beralamat di RT. 12 RW. 02 Dusun Krajan Desa Darungan Kecamatan Tanggul Kebupaten Jember. Tenaga pengajar pada MI Negeri 6 Jember.
Komentar
Posting Komentar